BOLEHKAH KITA CEMBURU PADA PARIWISATA MALAYSIA?

BOLEHKAH KITA CEMBURU PADA PARIWISATA MALAYSIA?

Redaksi

Sumbarmaju.com_Salah satu point penting hasil kunjungan kami ketiga negara dalam misi rajut ukhuwwah tiga negara DPW PKS Sumbar 5-10 Mai 2025 yakni mengenai pariwisata di Malaysia, kenapa sektor pariwisata Malaysia menjadi perhatian khusus kami dari Safrudin.SS,MM Anggota Dprd Agam, sebagai Penulisnya, peserta rajut ukhuwwah tiga negara DPW PKS Sumbar.

Karena ketika kami berkunjung ke beberapa destinasi di Malaysia seperti menara kembar Petronas(twin tower) sebagai landmark ikonik,Genting Highland, central market dan pusat-pusat kuliner seperti bukit bintang dan lainya terkonfirmasi bahwa Malaysia sangat serius membenahi sektor pariwisatanya, ujar Safrudin*

Pemandangan yang dirasakan ketika meng”eksplore” Kuala lumpur, Johor baharu dan negara-negara bahagian yang kami lalui adalah kesan kebersihan, kerapian dan keindahan. Belum lagi di rest area dan tempat-tempat kuliner toiletnya bersih, taman kota indah tanpa sampah, kita dilayani secara ramah dan penuh senyuman. 

Satu lagi yang menarik adalah  semua pusat kuliner bertarif(daftar harga lengkap) dan dipajang didepan kedai/toko dan didaftar menu, jadi semua orang yang akan menikmati makanan telah mengetahui kepastian harga sehingga jual beli sesuai syariah (‘ngan taradin : suka sama suka). 


Bagaimana dengan kita di ranah minang?, ada wisatawan yang merasa kecewa karna harga kuliner yang tak pasti bahkan ada kasus harga melambung tinggi ketika ada orang asing yang makan(dipekukknya saya).


Banyak kuliner/rumah makan tanpa tarif dan wisatwan terkejut ketika selesai makan lalu dihitung kasir  merasa dirugikan dengan harga  yang tidak diketahui sebelum makan, hal ini bagus menjadi renungan kita, agar wisatwan tidak merasa kecewa dan mau kembali berkunjung ke negri kita


Seberapa hebat pariwisata Malaysia?, barangkali  juga menjadi pertanyan kita semua, mari kita simak, ternyata pendapatan pariwisata di Malaysia dilaporkan sebesar 22 miliar USD pada tahun 2024.


Meningkat dari 16 miliar USD pada tahun sebelumnya, anda tahu berapa rupiahkan?coba bayangkan pada tahun 2022, sektor pariwisata berkontribusi sebesar 14% terhadap PDB Malaysia. 


Kunjungan Wisatawan Malaysia dilaporkan desember sebesar 2,552,087 Orang pada 2024, Indonesia baru diangka 1.244.372 orang (www.ciecdata.com) lebih 100% keunggulan Malaysia dibanding negara kita.


Padahal dari sisi luas wilayah dan banyak dan beragamnya destinasi wisata kita jauh lebih unggul, namun harus diakui dan mesti banyak kita belajar bahwa Malaysia lebih serius dan fokus serta sangat memahami bahwa sektor pariwisata adalah salah satu yang membuat negara mereka kaya dan maju.


Konon kabarnya tahun 2025 ini Malaysia mencanangkan diri menjadi negara maju, apa khabar negeriku Indonesia?


Keseriusan Malaysia membangun sektor pariwisatanya tidak main-main, bulan November 2024 jumlah wisatwan 1,856,312 Orang, mereka selalu update setiap bulan, dengan rata-rata 1,313,032 orang.  


Data ini mencapai angka tertinggi sebesar 2,806,565 Orang pada 2013-12 dan rekor terendah sebesar 5,411 Orang pada 2020-05. Data Kunjungan Wisatawan Malaysia tetap berstatus aktif di CEIC dan dilaporkan oleh CEIC Data. 


Data diringkas dalam Global Economic Monitor World, mereka benar-benar serius dan berinvestasi dalam sektor pariwisata karna akan kembali menjadi pendapatan negara dan masyarakatnya


Tahun lalu, Malaysia menjadi negara di Asia Tenggara yang paling banyak dikunjungi wisatawan asing. Hampir 29 juta turis mancanegara datang ke negara itu. 


Warga Singapura merupakan wisatawan asing terbesar di Malaysia dengan 8,3 juta orang, diikuti oleh warga Indonesia, Thailand, Cina, dan Brunei, dan termasuk dari negara kita Indonesia.(berita fokus malaysia)


Dalam kaca mata ekonomi bahwa sektor pariwisata adalah sektor yang memberikan kontribusi signifikan pada PDB (Produk Domestik Bruto) sebuah negara yang dapat menciptakan lapangan kerja, dan memberikan dampak positif pada sektor ekonomi lainnya. 



Malaysia sanga menyadari hal ini,  Sektor ini juga memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan perekonomian suatu negara, dapat dilihat melalui peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, pengeluaran pariwisata, hotel akan ramai, kuliner laris, jasa berbagai travel menjamur, toko oleh oleh diserbu, souvenir laku keras, Intinya semua akan menggeliat jika pariwisata sehat (baca : multiplikator efek)


Maka, kita juga sangat berharap pemerintah pusat mendorong pemerintah provinsi agar serius membenahi sektor pariwisata, pariwisata masing-masing provinsi memiliki daya tarik tersendiri.


Dan tentunya didukung dengan anggaran dan pembenahan semua faktor penunjangnya baik bagusnya insfrastruktur menuju objek wisata dan kelengkapan faslitas pendukung lainya


Berinvestasi di sektor pariwisata pada hakikatnya menabung untuk kebaikan perekonomian dimasa datang, misal jika kebijakan Makan Bergizi Gratis (MBG) bisa diformulasi kembali dengan hanya membantu makan siang untuk rakyat miskin tentu akan banyak dana untuk membenahi sektor lain termasuk pariwisata.


Bayangkan sebagaimana diungkapkan oleh ketua  Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana bahwa lembaganya mengelola anggaran sebesar Rp 70 triliun pada 2025, dan kemungkinan tambahan Rp 100 triliun pada triwulan ketiga sehingga total dana program Makan Bergizi Gratis atau MBG bisa mencapai Rp 170 triliun.



Dana sebesar itu juga akan memberikan makan orang kaya di Indonesia secara pukul rata, mari kita renungkan bersama efektifkah dana yang besar ini bagi rakyat Indonesia yang berkecukupan?


Kita khawatir dan harap-harap cemas uang negara yang tidak banyak ini habis dan terbenam pada kegiatan dan program yang tidak menjurus untuk memajukan Indonesia secara mendasar, membenahi hal yang harusnya sangat prioritas, bayangkan ratusan triliun mengendap ke IKN, ratusan triliun ke kereta cepat.


 Dan banyak proyek strategis nasional yang sangat pro kontra dilaksanakan oleh pemerintah, sementara rakyat menjerit susah membayar iyuran BPJS, sulit melunasi UKT anaknya yang sedang kuliah, belum lagi banyak tenaga honorer yang dirumahkan.


 Semua kebijakan tersentral kembali di Jakarta, desentralisasi hasil revormasi tinggal lima watt, suara daerah tak lagi didengar, Quo vadis negaraku( Syafrianto )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar