Beranda DAERAH Berikan Pelayanan Edukasi Kepada Siswa, MAN Kota Sawahlunto Gerakkan Budayakan 3.S

Beranda DAERAH Berikan Pelayanan Edukasi Kepada Siswa, MAN Kota Sawahlunto Gerakkan Budayakan 3.S

Redaksi

Sumbarmaju.com, Sawahlunto – Di tengah hiruk-pikuk dunia pendidikan yang sering kali dilanda formalitas dan kekakuan, sebuah semilir angin segar berembus dari dataran bersejarah Sawahlunto.

MAN Kota Sawahlunto, lembaga pendidikan yang tak sekadar mengajarkan ilmu, kini tengah menabur benih budaya baru—budaya yang sederhana namun mengakar, menyentuh batin: Senyum, Sapa, dan Salam.15 Juli 2025.


Program yang dikenal sebagai Gerakan 3S ini mulai digulirkan sejak awal tahun ajaran baru 2025/2026. Bukan sekadar rutinitas basa-basi, melainkan bentuk nyata dari ikhtiar membangun peradaban yang santun, ramah, dan berakar pada nilai luhur kemanusiaan.


“Ini adalah cermin karakter. Kami ingin madrasah menjadi rumah kedua yang menyambut siapa pun dengan hangat, bukan hanya tempat mencari ilmu, tapi juga tempat menumbuhkan jiwa,” ujar Kepala MAN Kota Sawahlunto, Dafril, penuh keteguhan.


Setiap pagi, di bawah cahaya pagi yang menyusup di celah pepohonan, tampak Kepala Madrasah berdiri di gerbang bersama para guru dan tenaga kependidikan. 


Mereka bukan sekadar menanti, tapi menyambut—dengan senyuman tulus, sapa hangat, dan salam penuh makna. Satu per satu siswa datang, disambut laksana tamu agung. Dari gerbang itulah, pendidikan karakter dimulai.


Turut mendampingi gerakan ini, Kaur TU Yurmaini Munir, Waka Humas Nofri Hendri, serta segenap GTK yang ikut menjadi lilin penerang dalam perjalanan budaya ini. Para siswa pun diajak untuk saling menyapa, bukan hanya kepada guru, tapi juga kepada sesama teman. Karena dalam sapa, ada penghormatan. Dalam senyum, ada keikhlasan. Dan dalam salam, ada doa yang tersembunyi.


Program ini bukan sekadar formalitas. Ia adalah fondasi bagi lahirnya madrasah yang humanis dan inklusif. MAN Kota Sawahlunto berharap, dari 3S ini akan tumbuh pohon-pohon kebajikan yang berbuah dalam sikap sehari-hari—menjadi generasi yang tak hanya cerdas otak, tapi juga mulia hati.


Budaya ini akan terus dikembangkan, dievaluasi, dan disemai dalam setiap aspek kehidupan madrasah, hingga akhirnya menjadi identitas dan kebanggaan: bahwa di Sawahlunto, ada sebuah madrasah yang tak hanya mengajar, tapi juga menghidupkan. ( Dioni )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar