Sumbarmaju.com_Hiruk pikuk memilih Pemimpin/Umara yang kami ikut dan pelajari sejak lima tahun lalu dengan berat hati kami tuliskan untuk pedoman kedepan bagi generasi kami karena bisa merubah tatanan bermasyarakat.
Kenapa untuk generasi kami, karena kami pun belajar dari generasi kami, katakanlah anak kami sendiri yang belum punya hak pilih dalam memilih pemimpin karena kala itu lima tahun lalu dia masih kecil baru SD sekolah dasar..
Pendidikan politik dan prinsip² nya sudah mulai tumbuh untuk dan bagaimana bersikap kedepannya bagi generasi Insan yang cendikia penganut "Islam yang moderat"
Kecintaan kami akan sebuah kajian subuh ataupun Tabligh Akbar Ulama yang kami ikuti pun menanamkan kecintaan terhadap Ulama tsb..
Setiap ada kajiannya didaerah kami menjelang subuh kami datang untuk memastikan dapat tempat dimuka agar jelas mendengarkan kajian Ulama tersebut, banyak sekali jama'ah yang datang mengikuti kajian lansung tsb, followers "Ulama Viral" tsb, ribuan bahkan jutaan orang..
Sejak itu kajian "Ulama Kampung" mulai sepi dan tidak diminati, padahal sumber semua kajian Ulama semua sama paling beda mashab saja, perbedaan pandangan Ulama dari dulu sampai sekarang tetap dan pasti ada.
Jika hal itu terjadi maka kita sbg umat diberikan hak untuk menentukan sendiri memutus dan mengamalkan nya pun begitu utk dilakukan dalam keseharian. Misal batal atau tidak atau boleh atau tidak berkumur-kumur saat berwudhu dibulan puasa.
Begitu pulalah tertanam dalam pemikiran generasi selanjutnya, kecintaan mengikuti kajian sang Ulama tsb mulai luntur, dia tidak lagi antusias untuk mengikuti bahkan sudah tidak mau lagi.
Sejak itu kami berdua saja lagi yg mengikuti tabligh Akbar ulama tidak lagi diikuti sang anak yang mulai enggan dan tidak lagi mau ikut.
Penasaran dirumah kami bertanya, kenapa dia tidak mau lagi ikut jawaban nya singkat dan padat "sang Ulama kampanye politik"
"Dia berhak bersikap, walaupun belum diberikan hak Politik, Karena pada saatnya generasi penerus sudah mendapatkan hak politik utk memilih dan dipilih maka disitulah suatu kampung atau daerah pun negara bisa dikatakan bisa maju ber Islam Moderat.
Ketika ulama sudah menjadi Juru Kampanye salah satu calon pemimpin maka gesekan antar masyarakat pun menjadi gesekan yg berkelompok-kelompok, Fatwa Ulama Pusat dan Daerah pun begitu.
Ulama Kampung, Ulama lokal tentu lebih memahami budaya (cara kehidupan keseharian masyarakat Minang yg berlandaskan ABS-SBK Adat Basandi Syara', Syara' Bersedikan Kitabullah".
Yang kami takutkan Alhamdulillah tidak terjadi gesekan antar sang Ulama dan bagaimana umat kedepannya kalau itu terjadi, Ulama sudah menjadi corong pemilihan calon pemimpin dgn "simbolisasi agama" untuk kepentingan kelompok tertentu.
Dulu dizaman Kekhalifahan Abu Bakar memimpin "sahabat" lainnya Umar bin Khatab "tetap kritis" pada setiap aturan yg dikeluarkan maka disitulah kebijakan itu jd benar-benar bijaksana.
Bagaimana sahabat pemimpin pada saat ini terhadap Kebijakan yang pemimpin yg notabene saat ini sahabatnya sudah menjadi pimpinan negeri ini..??
Apakah sama dengan Umar bin Khattab kepada Abu Bakar, REFORMASI MORAL KEKUASAAN*Krisis penguasa berakar dari krisis ulama.
Penguasa dan ulama merupakan dua pilar penting untuk memakmurkan masyarakat. Ulama bisa jadi agen perubahan dalam perbaikan pemerintahan.Seorang pemimpin adil lebih utama daripada ahli ibadah seratus tahun”,(Imam Al-Ghazali)
Sebab, keadilan pemimpin merupakan prasyarat untuk kesejahteraan masyarakat, di dunia dan akhirat,Wallahualam (Bukittinggi 2019-2024)
( RUDAL )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar